ILMU LADUNI
Imam Al-Gozali di kisahkan sempat menulis 228 padahal usianya hanya 53 tahun, jika di hitung tiap tahunya berarti nulis 4 jilid kitab itu jika begitu lahir langsung nulis kitab, banyak yang hilang ketika Bagdad jatuh di serang oleh mongolia, termasuk 40 jilid kitab tafsir
JENIS PENGETAHUAN MANUSIA
1. Pengetahuan akali,
2. Pengetahuan intuitif
3. Pengetahuan misteri (asrar).
1. Pengetahuan yang isinya bisa dipahami oleh akal (kehidupan sehari-hari)
2. Pengetahuan yang tidak bisa dipahami oleh akal.
a. Pengetahuan yang murni intuitif
b. Pengetahuan yang merupakan akhbar (hasil pelimpahan langsung dari Tuhan).
Jalur ilmu tidak terduga
(pandawa memiliki guru namanya resi durno , durno sebetulnya jahat karena ia membela kurawa)
William C. Chittik, Ibn al-‘Arabi’s Metaphysics of Imagination: The Sufi Path of Knowledge
ISTILAH (maksudnya sama, terminologinya beda, titik fokusnya juga beda, tapi yang di maksud sama)
1. Laduni (min ladun haki wal alim, pengetahuan dari sisi sang maha pengetahuan)
2. Isyraqi (Suhrawardi pencerahan) ketika diri layak menerima cahaya maka ilmu masuk (ilumninati)
3. Irfani (alim: pengetahuan butuh media, arif: mengalami langsung) ketika saya nulis kata takut atau manis , ini pengetahuan yang berjarak ini di sebut alim. tapi jika di rasakan langsung namanya arif, tapi terminologi ini hanya urusan agama bukan urusan dunia.
4. Kasyf (terbuka dari yang tidak tau menjadi tau, arahnya ketuhanan, kondisinya disebut kasyf, isinya ma’rifat, orangnya arif) (man arofa nafsahu faqod arofa robahu)
5. Gnosis (yunani)
6. Fath (terbuka)
7. Dzauq (rasa)
8. Bashirah (terlihat)
9. Musyahadah (menyaksikan)
10. Huduri (epistimologi, rasa, irfan) ilmunya suaobjek (jika kamu ingin tau rasa takut harus dilihat diri sendiri bukan keluar) husuli(konsef, ainul yakin, teori) huduri (dialami, hakul yakin)
11. Ma’rifat
ILMU HUDHURI (tidak koresfonden tidak bisa di vonis benar salahnya, karea ia pasti benar)
– Ilmu hudhuri adalah ilmu yang didapat melalui objek asli yang diketahui, atau hadirnya secara langsung objek (sesuatu) yang diketahui pada subjek yang mengetahui (akal). Hal ini mengindikasikan, tiadanya perantara konseptual apapun antara subjek dan objek.
CIRI ILMU HUDHURI
· Hadir secara eksistensial di dalam diri subjek. Ini berarti tidak ada perantara antara subjek dan objek pengetahuan.
· Bukan dihasilkan dari proses berpikir.
· Bebas dari dualisme kebenaran dan kesalahan. Hal ini dikarenakan ilmu hudhuri tidak diperantarai oleh apa pun sehingga tidak ada proses korenpondensi dengan objek eksternal.
· Bersifat personal, artinya tidak dapat dideskripsikan dan dipindahkan kepada orang lain. Sebab jika ditranfer melalui komunikasi atau pembelajaran, maka itu berarti menjadi ilmu hushuli. (from religius experiens)
INTUISI
• Intuisi: kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektual. Seolah pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di luar kesadaran.
(katanya said husen naser, pengetahuan hari ini ter redupsi hanya pada panca indra , padahal kita punya bahan lainnya seperti: insting, nurani, naluri)
• Intuisi dalam bahasa sederhana bisa diartikan getaran hati (jiwa) akan sesuatu hal yang dihadapi atau yang akan terjadi.
Dalam psikologi contohnya tiba tiba ingin baca buku, tiba tiba menemukan teori yang bisa bermanfaat yang di cari-cari
Ketika naik motor lewat jalan sempit bisa langsung kalkulasi intusi “ah pasti bisa”
RAGAM PENGETAHUAN INTUITIF
1. Immediate apprehension/ direct knowing/ innate knowing
a. Seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku. Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari-carinya selama bertahun-tahun.
2. The unconscious mind
a. Seorang sopir kendaraan yang mengetahui sesuatu tentang kendaraannya di jalan secara otomatik tanpa proses menemukan fakta logis lebih dahulu, misalnya mengukur besar-kecilnya atau harus ke kanan atau kiri.
3. Heart intelligence
a. Merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan penemuan besar yang mampu mengubah hidupnya.
b. Mengikuti kata hati ketika tiba-tiba seseorang tidak jadi berangkat keluar kota naik pesawat, dan ternyata pesawat yang ia tumpangi beberapa jam kemudian mengalamikecelakaan.
4. Direct perception (seolah olah kebetulan)
a. Seseorang merasa akan mendapatkan telepon dari seorang sahabat karibnya, dan ternyata beberapa menit kemudian ia mendapatkan teleponnya berdering dan ternyata dari sahabat karib yang ia tunggu-tunggu dari tadi.
MODE PENGETAHUAN INTUITIF
· Knowledge by acquaintance (sebetulnya apapun itu pasti membutuhkan intuisi)
· gut feeling/natural feeling(firasat)
· inner voice(suarahati),
· instant knowing.
· physical sensation
· extrasensory perception
jika dalam tasawuf semua ilmu itu datangnya dari Allah
diantara interpensinya Allah kepada manusia yaitu kebetulan kebetulan, Allah selalu terlibat
ini juga sindiran kepada orang barat, yang lebih deistik (tuhan menciptakan kemudian alam berjalan sendirinya)
AL-RISALAH AL-LADUNIYYAH ABU HAMID AL-GHAZALI KEMULIAAN ILMU
Awal beliau menulis kitab ini di awali ada teman yan bertanya, apakah benar ada ilmu yang sifatnya laduni, teman nya ini tidak begitu percaya dengan konsep laduni, karena baginya ilmu itu harus dari akal, kemudian Al-Gozali menulis risalah, risalah itu semacam surat, jadi tidak terlalu panjang, hanya semacam jawaban dari temannya tentang ilmu laduni, Cuma tidak panjangnya gojali tetap saja jika di kaji bisa sangat lama.
Kemuliaan Ilmu
· Ilmu itu zatnya sendiri sudah mulia, tanpa memandang obyeknya. Hal ini karena ilmu merupakan kebalikan dari kebodohan.
· Meskipun demikian, kemuliaan ilmu juga berhubungan dengan kemuliaan obyek pengetahuan, dan obyek pengetahuan paling baik dan paling tinggi adalah Allah. (orientasinya Theos ketuhanan, ini yang jadi tradisi kajian timur dan kajian Islam)
Hanya saja hari ini kajian sejenis ini sudah tidak muncul lagi, kita hanya di suruh percaya saja tidak di kaji lebih dalam, jika di kaji malah di anggap sesat dan membahayakan, inilah salah satu runtuhnya tradisi kita sebagai umat islam,
Kita sulit jatuh cinta kepada Allah karena kita tidak di perkenalkan labih dalam.
· Wadahnya ilmu adalah jiwa.
· Jiwa yang muthmainnah hanya berhasrat dan ridha kepada ilmu, mencari ilmu sepanjang hidup dan merasa manis dengan ilmu di sepanjang waktu.
Hanya saja Hari ini kita dalam keadaan epilepsi komunikasi, kita terlalu banyak di berikan informasi sehingga tidak selektif lagi
ILMU USHUL/TAUHID
SYAR’I ILMU FURU’ HAK ALLAH (ibadah)
HAK HAMBA MU’AMALAH sosial
ILMU MU’AQADAH ekonomi
HAK JIWA/AKHLAK
BERHITUNG & LOGIKA
AQLY ILMU ALAMIAH (fisika biologi)
HAKIKAT REALITAS (metafisika)
Ilmu laduni itu proses belajar/ metode
Ada ustad di jember namanya Mujamil, dia tidak sekoah tapi bisa membuat tropong dan menguasai ilmu falaq, sehingga dipakai praktikum oleh mahasiswa
Proses belajar
TA‟ALLUM INSANI (orang biasa)
• PROSES BERPIKIR
• PROSES BELAJAR
TA‟ALLUM RABBANI (orang istimewa)
• MENDAPAT WAHYU (para nabi)
• MENDAPAT ILHAM (orang biasa)
Tingkatan jiwa dalam pemperoleh ilmu
1. Jiwa yang terjaga kemurniannya, misalnya para Nabi
2. Jiwa yang sakit karena sibuk dengan “jasad/materi, bersemayam di tempat yang keruh dan gelap akhirnya ilmu yang hakiki terlupakan, meskipun tidak hilang, seumpama mendung yang menghalangi cahaya matahari. Perlu proses belajar untuk melihat ilmunya kembali, seringkali di perlukan guru atau mursyid untuk membantu.
3. Untuk menyembuhkan jiwa yang sakit tersebut, sehingga ilmu di peroleh kembali, sebeum menjalani proses belajar, seseorang harus mengenali penyakitnya dan menyembuhkannya terlebih dahulu, sehingga jiwa menjadi jernih kembali.
ASUMSI ILMU LADUNI
• Ada “sesuatu” diluar diri manusia yang memberikan atau melimpahkan pengetahuan ke dalam dirinya.
• Manusia tidak perlu berusaha untuk memperoleh pengetahuan tersebut, tetapi ia harus berusaha bagaimana caranya agar „layak‟ menerima pengetahuan tersebut.
• Karena sifatnya “pemberian” atau “pelimpahan”, maka isi dan bentuk pengetahuan yang dimaksud bergantung kepada Yang Melimpahkan atau Yang Memberi, tanpa harus menyesuaikan dengan keinginan, kehendak maupun kapasitas dan perangkat pemahaman yang dimiliki manusia.
MEDIA ILMU LADUNI: KALBU
· Sarana paling pokok untuk memperoleh pengetahuan ini adalah kalbu. Kalbu disini bukan berarti hati atau bagian tubuh secara fisik yang terletak di bagian sebelah kiri dada manusia.
· Kalbu disini lebih bersifat rohaniah. Ghazali menggambarkan kalbu ini sebagai cermin, sementara ilmu adalah pantulan realitas yang terdapat di dalamnya. Jika cermin tidak bening, maka realitas ilmu tidak akan bisa ditangkap dengan jelas.
· Yang membuat kalbu tidak bening adalah hawa nafsu, sementara untuk membuatnya menjadi bening diperlukan ketaatan kepada Allah dan keberpalingan dari tuntutan hawa nafsu.
Tiga cara memperoleh ilmu laduni
1. Mendapatkan anugerah dan keberuntungan dari Allah
2. Riyadah/mujahadah/muraqabah (ada usaha)
barang siapa menjalankan apa yang dia ketahuai, maka allah akan berikan ia ilmu tentang apa yang belum ia ketahui (dijalankan di manfaatkan)
Barang siapa yang ikhlas kepada Allah 40 subuh maka Allah akan menampilkan sumber sumber hikmah dari hatinya pada lisannya
3. Melalui tafakkur
a. Berpikir yang benar akan menyebabkan jiwa terbuka bagi pintu-pintu kegaiban, sehingga ia menjadi seorang „alim, cerdas, ber-ilham kuat, sebagaimana sabda Nabi: “berpikir sesaat lebih baik dari ibadah enam puluh tahun”
KETERBATASAN AKAL & LADUNI
· Akal dengan metode rasionalnya diakui memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu. Dalam wilayah-wilayah kajian metafisika misalnya, akal banyak tidak berdaya, sehingga produk akal dalam hal ini sering disebut sebagai pemikiran “spekulatif”. Sementara itu indera yang dinomorsatukan dalam empirisme ternyata lebih sempit lagi wilayahnya. Indera hanya mampu berhubungan dengan apa yang bisa dilihat, didengar, dicium, diraba dan dirasa. Indera tidak berdaya menghadapi hal-hal yang diluar semua itu. Kalau akal masih bisa berabstraksi—meskipun seringkali dalam bentuk spekulasi—terhadap hal-hal metafisik atau non-empiris, maka indera bisa dikatakan menyerah sama sekali terhadap hal-hal yang demikian itu. Indera hanya mampu merefleksikan sesuatu kalau ada bahan- bahan kongkrit yang bisa “disentuh”.
· Keterbatasan-keterbatasan akal dan indera itu ternyata tidak menjadi masalah bagi laduni. Laduni yang berpijak pada intuisi dengan sumber pengetahuan suaru kalbu dan dipercaya berasal dari “pemberian” Tuhan secara langsung, memiliki wilayah yang bisa dikatakan tidak terbatas. Hal ini tidak mengherankan karena sumber pengetahuannya adalah Tuhan sendiri yang pengetahuan-Nya dipandang meliputi segala sesuatu.
· Jika Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya, Allah mengangkat tabir antara jiwa hamba dan jiwa yang didalamnya ada telaga (jiwa universal). Allah menampakkan dalam jiwa hamba sebagai rahasia realitas dan memahamkan dalam jiwa hamba makna realitas itu. Maka tersingkaplah jiwa hakiki dan hakikat hikmah bagi hamba yang dikehendaki Allah melalui ilmu laduni.
Sunatulah – qodratullah logic
· Segala peristiwa di dunia ini berjalan dalam dua pola, yaitu pola Sunnatullah dan pola Qudratullah. Sunnatullah bisa diartikan sebagai ketetapan-ketetapan, undang-undang, aturan ataupun hukum yang diberlakukan oleh Alah di alam semesta ini untuk mengatur gerak lajunya, dimana dengan hukum-hukum itulah alam semesta ini berjalan. Adapun Qudratullah bisa diartikan sebagai hak preogratif Allah di alam semesta ini untuk menentukan terjadi atau tidaknya sesuatu, ada atau tidaknya sesuatu maupun berhenti atau berjalannya sesuatu.
· Dengan berpedoman kepada sunnatullah manusia bisa memproduksi ilmu-ilmu pengetahuan karena ilmu pengetahuan itu disusun berdasarkan keajegan yang ada di alam. Dengan berpedoman kepada sunnatullah inilah akal bisa merumuskan prinsipprinsip berpikirnya dan indera bisa menata pengalaman yang didapatkannya.
· Namun menghadapi qudratullah baik akal maupun indera sama-sama “angkat-tangan”. Qudratullah—karena sifatnya yang bergantung sama sekali kepada kehendak Allah—secara ekslusif memang hanya dikuasai oleh Allah, dan hanya orang-orang tertentu yang mendapat anugerah mengetahui isi dan rahasianya; itulah orang yang telah mencapai dan menguasai episteme Laduni/Isyraqi.
EMPAT PROSES
MENURUT SUHRAWARDI
• Bagaimana mempersiapkan diri untuk mengalaminya
• Menerimanya melalui Illuminasi (Isyraq)
• Membangun satu pandangan sistematik mengenai pengetahuan tersebut
• Menuangkannya dalam bahasa tulisan.
Way of Reason dan Way of Intuition adalah saling melengkapi. Nalar tanpa intuisi atau iluminasi adalah puerile (kekanak-kanakan) dan setengan buta serta tidak akan mendapatkan sumber dari keseluruhan kebenaran dan inteleksi transenden; sementara intuisi tanpa adanya dukungan logika dan kemampuan rasional akan tersesat dan selanjutnya tidak akan mampu mengekspresikan dirinya secara cermat dan metodologis.
Suhrawardi
· Q.S. AL-KAHFI 65-68
· Q.S. AL-ANBIYA’: 80
· Q.S. YUSUF: 6
· Q.S. AL-BAQARAH: 31