Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

3 fase Perkembangan jiwa beragama pada anak

Seperti yang kita tahu bahwa setiap anak berkembang seiring dengan proses belajarnya, dalam perkembangannya seorang anak dapat di bagi menjadi tiga bagian diantaranya:




1. The fairly tale stage (tingkat dongeng)

Pada tahap ini anak yang berusia 3-6 tahun, mengenal konsep mengenai tuhan banyak di pengaruhi dengan fantasi dan emosi, seorang anak akan menggambarkan gambaran tuhan dengan logikanya sendiri, tak jarang dalam pikiran anak tuhan di gambarkan seperti seseorang yang gagah atau sebagainya, cerita para nabi akan di bumbuhi dengan dongeng yang mungkin tidak masuk akal, seorang anak juga lebih berfokus pada individual tokohnya di bandingkan dengan isi ajarannya. Dengan caranya sendiri seorang anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapan tentang tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan namun penuh arti teologis.


2. The realistic stage (tingkat kepercayaan)

Pada tingkatan ini seorang anak akan mulai mengenal tuhan dengan konsep yang berbeda, yang pada awalnya mengenal tuhan sebagai bapak berganti tuhan sebagai pencipta, perubahan ini juga di pengaruhi oleh berbagai faktor seperti pengalamannya yang mulai tumbuh dan ruang lingkup interaksinya yang mulai luas, pada fase ini perlu di garis bawahi bahwa pada usia 7 tahun ini merupakan masa dimana manusia mulai menggunakan logikanya dalam berfikir, masa ini juga merupakan pertumbuhan daya pikir anak, mereka sudah mulai menerapkan kedisiplinan dalam hidupnya, maka wajar saja jika dalam Islam apa perintah Shalat jika anak sudah berusia 7 tahun, hal ini juga berkaitan dengan jiwa anak yang sudah mulai terbentuk.


3. The individual stage (tingkat inividu)

Pada tingkatan ini anak sudah memiliki kepekaan emosi yang tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi kedalam tida golongan

a. Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan di pengaruhi sebagian kecil fantasi

b. Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan)

c. Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.