MELIHAT AGAMA DARI SUDUT PANDANG BUDAYA CLIFFORD GEERTZ:
Seorang antropolog simbolis membahas tentang agama dari budaya manusia
ASUMSI:
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SIMBOLIK
· Manusia merupakan makhluk simbolik, dalam arti komunikasi yang dilakukan oleh manusia selalu dekat dengan penggunaan simbol-simbol. Di dalam simbol tersebut, manusia memproduksi makna-makna tertentu yang pada akhirnya, makna-makna yang telah diproduksi ini membentuk sebuah jaringan kebudayaan
· Oleh karena itu, kebudayaan di dalam masyarakat tidak hanya untuk dijelaskan, melainkan untuk ditemukan dan dipahami makna-makna yang terdapat di dalam simbol-simbolnya. Bagi Clifford Geertz, kebudayaan dilihat sebagai teks yang berjalan. Maka untuk menangkap makna yang terkandung di dalamnya diperlukan penafsiran seperti seseorang yang sedang memahami maksud pesan di dalam sebuah tek
KEBUDAYAAN
Budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya.
Suatu pola makna yang ditransmisikan secara historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan pengetahuan, karena kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik maka haruslah dibaca, diterjemahkan dan diinterpretasikan.
MEANING IS SOCIALLY, HISTORICALLY, AND RHETORICALLY CONSTRUCTED.
(Makna secara social, histori dan rhetorica itu di susun kitalah yang menempelkan)
The Interpretation of Cultures (1973)
· Budaya itu seperti teks, dapat ditafsir sebagaimana menafsirkan teks.
· Budaya itu bersifat simbolik, memiliki makna yang tersembunyi, sehingga untuk memahaminya diperlukan penafsiran.
· Makna ini bersifat publik, beredar dan diterima ditengah masyarakat.
· Tidak ada makna yang sifatnya final
Thin Description
Memahami ekspresi budaya secara tipis/ dangkal (hanya luar/ gejala/ prilaku-prilakunya saja) Thick Description
Memahami ekspresi budaya secara tebal/mendalam
TUJUAN
To understand meaning from the point of view of the members of a culture.
(untuk memahami makna dari sudut pandang anggota yang ada dalam budaya tersebut)
I had a hard time convincing students that they were going to north africa to understand the north africans, not to understand themselves.
(aku sulit sekali meyakinkan anak anak saat mengajak mereka datang ke afrika untuk memahami kehidupan orang afrika bukan untuk memahami dirinya sendiri)
AGAMA
· A system of symbols which acts to establish powerful, pervasive, & long-lasting moods and motivations in men [& women] by formulating conceptions of a general order of existence and clothing these concep-tions w/ such an aura of factuality that the moods and motivations seem uniquely realistic
· “Agama adalah sistem simbol yang menciptakan suasana hati dan motivasi yang kuat, meresap, dan tahan lama pada manusia. [Hal tersebut dilakukan] dengan menciptakan konsepsi tentang tatanan umum tentang kehidupan dan menyelimuti konsepsi tersebut dengan aura faktualitas sehingga seolah-olah suasa hati dan motivasi tersebut bersifat nyata”
SIMBOL DALAM AGAMA
· Simbol bisa berbentuk objek fisik (misalnya kubah masjid, tiang salib, patung Buddha), tindakan (misalnya berbicara, berjalan, menggeleng, atau bahkan diam), peristiwa (misalnya hijrah nabi, penyaliban Yesus) dan hubungan (misalnya antara ayah dan anak, nabi dengan umatnya).
· Simbol berperan menyampaikan pesan kepada manusia. Selain itu, simbol juga mempengaruhi dan membentuk perilaku manusia. Simbol keagamaan melahirkan perasaan, kecendrungan, kebiasaan, pemikiran, pandangan dunia, dan etos keagamaan. Singkatnya, simbol menciptakan makna.
· Geertz menyebut contoh seorang laki-laki dari suku Indian di Amerika yang bermimpi melihat kerbau. Ia menafsirkan kerbau tersebut sebagai pesan dari dunia leluhur yang sudah meninggal. Dalam contoh ini, kerbau adalah simbol dan pesan dari leluhur adalah makna yang lahir dari simbol tersebut..
Fungsi Simbolik Agama:
Memberi Makna tentang tatanan keberadaan
· Geertz selanjutnya berpendapat bahwa sistem simbol tersebut (maksudnya agama) ada dan lahir untuk menjawab kebutuhan manusia terkait dengan makna kehidupan. Ia menciptakan pandangan tentang tatanan keberadaan (order of existence). Dengan kata lain, agama memberi kosmologi dan filsafat kehidupan pada manusia.
· Tiga hal yang mengancam keberadaan manusia:
1. Batas pemahaman kita
2. Batas kekuatan kita untuk menanggung kesulitan
3. Batas wawasan moral kita
· Dengan berporos dan berfokus kepada yang “really real”, agama menjadi kekuatan bersama, dengan meletakkan semuanya dalam “ultimate context”.
Problem penderitaan itu dalam perspektif agama, secara paradox dilihat bukan dalam aspek bagaimana kita terhindar dari penderitaan, namun bagaimana kita membuat sakit fisik, kehilangan, kekalahan atau ketidakberdayaan menjadi sesuatu yang bisa ditahan, dijalani dan ditanggung.
PERSPEKTIF HIDUP
· Common-sense Perspective: Perspektif yang didasarkan terhadap pandangan-pandangan terhadap realitas yang tidak dipertanyakan lagi. Menurut Geertz: realisme naif.
· Scientific Perspective: perspektif sesuai teori/metode ilmiah
· Aesthetic Perspective: memahami dunia seperti pandangan para ‘seniman’.
· Religious Perspective: Realitas hanya ilusi. Ada dunia yang lebih sejati yang menentukan kehidupan dunia ini. Perspektif agama ini selalu berhubungan dengan tujuan dan makna hidup.
MODEL OF & MODEL FOR-AGAMA
· Menurut Geertz, pentingnya agama terletak dalam kapasitasnya yang mampu memberikan “model of reality” dan “model for acting well within that reality”
· Simbol-symbol agama memberikan satu representasi atau gambaran bagaimana segala sesuatu berjalan (models “of”) dan sekaligus as mengarahkan tindakan manusia (models “for”).
TUGAS ANTROPOLOG
· Menganalisis makna sebuah simbol agama pagi pemeluknya. Antropolog bertugas mengivestigasi tentang pertanyaan seputar: apa makna yang lahir dari doktrin dan ritual tertentu; apa fungsi doktrin terhadap ritual; apa fungsi doktrin agama terhadap kebudayaan masyarakat; dan seterusnya.
· Tugas para antropolog bukanlah mencari sebuah hukum yang berlaku secara universal (law) sebagaimana dilakukan oleh sains eksperimental. Tugas antropologi terbatas hanya pada tindakan menafsirkan makna sebuah simbol berdasarkan lokalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena setiap fenomena antropologi bersifat unik dan tidak bisa ditarik menjadi sebuah hukum yang berlaku secara umum.
Religion of Java(1960) Islam Observed (1968)
The Interpretations of Cultures (1973) Agricultural Involutions (1964)
"MANUSIA ADALAH BINATANG YANG TERGANTUNG DALAM JARING-JARING YANG TELAH DIA PUTAR SENDIRI."
“One of the most significant facts about humanity may finally be that we all begin with the natural equipment to a live a thousand kinds of life but end in the end having lived only one”
“Salah satu fakta paling penting tentang umat manusia pada akhirnya adalah bahwa kita semua mulai dengan peralatan alami untuk menjalani seribu jenis gaya kehidupan, tetapi pada akhirnya hanya memiliki satu gaya kehidupan”