K.H.M. HASYIM ASY’ARIE: PENDIDIKAN
Hendaknya segera mempergunakan masa muda dan
umur untuk memperoleh ilmu, tanpa terpedaya oleh
rayuan “menunda-nunda” dan “berangan-angan
panjang”, sebab setiap detik yang terlewatkan dari
umur tidak akan tergantikan.
SETTING
· Lahir di tengah-tengah Islamic revivalism baik di Indonesia maupun di Timur Tengah, khususnya di Mekkah.
· Berkembangnya perasaan anti kolonial, nasionalisme, dan Pan-Islamisme di dunia Islam
· Sejak kecil hidup di lingkungan pesantren.
· Memiliki ketekunan, kecerdasan, kesungguhan dan karakter kepemimpinan mumpuni.
INOVASI PENDIDIKAN
· Memperkenalkan Sistem Madrasah
· Pengajaran pelajaran-pelajaran umum di Madrasah Tebuireng, seperti matematika, geografi, sejarah, menulis huruf Latin dan bahasa Belanda.
· Menyetujui pendirian Madrasah Nidzamiyah di Pesantren Tebuireng, atas gagasan A. Wahid Hasyim dan K.H. Muhammad Ilyas, yang mengajarkan 70% lebih pengetahuan umum
· Pendirian perpustakaan yang berlangganan majalah dan surat kabar seperti Panji Islam, Islam Bergerak, Dewan Islam, Adil, Nurul Islam, Berita Nahdhatul Ulama, Al-Munawarah, Panji Pustaka, Pujangga Baru, Pustaka Timur, Panjebar Semangat dan sebagainya.
URGENSI PENDIDIKAN
· Mempertahankan predikat makhluk paling mulia yang dimiliki manusia.
· Melahirkan masyarakat yang berbudaya dan beretika, melalui pengamalan ilmu.
· Kesibukan dalam pengamalan ilmu itu lebih utama dari mengamalkan aktifitas ibadah yang sunnah, karena manfaat ilmu itu merata untuk pemiliknya dan masyarakat sekelilingnya, sementara ibadah sunnah terbatas untuk pemiliknya saja.
TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
· Mencapai derajat ulama dan derajat insan paling utama (Khairul bariyah).
· Bisa beramal baik dengan ilmu yang diperoleh, sebab puncak ilmu adalah amal perbuatan sebagai bekal kehidupan akhirat. Artinya, keilmuannya harus memberikan kemanfaatan sesama demi kebaikan dunia dan akhirat.
· Mencapai ridla Allah.
HASIL ILMU
· Mengembangkan semua potensi, baik jasmani maupun rohani, untuk mempelajari, menghayati, menguasai dan mengamalkan demi kemanfaatan dunia dan akhirat.
· Jalan bangsa Indonesia mampu hidup mandiri serta bermartabat.
· Kendaraan untuk mencapai kemerdekaan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kemampuan.
Karakter Ilmu
· Terpuji: Pelajaran tentang agama, ibadah, dan lain sejenisnya yang membantu seseorang menemukan kebenaran, kebaikan, dan jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, mencari Ridla-Nya.
· Tercela: Ilmu yang tidak memiliki kegunaan,baik untuk kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat.
· Terpuji: namun dapat menjadi tercela: Ilmu yang dalam keadaan tertentu terpuji, namun jika terlalu dalam dapat mengakibatkan kekacauan berpikir, menjauh dari Allah dan kebenaran.
“Sampaikan pelajaran dengan cara yang
mudah dicerna dan lafadz yang fasih, agar
mudah untuk difahami, apalagi murid-murid
itu berakhlak baik, rajin, berkemauan keras,
serta suka menghafal hal-hal asing.”
• Metode: Musyawarah untuk santri senior, yang sudah hampir ‘matang’ keilmuannya.
• Musyawarah bukan debat, lebih ke diskusi, membahas permasalahan Bersama.
• Dalam musyawarah berkembang perilaku: keterbukaan, toleransi, menghargai pendapat yang lain, focus kepada penemuan kebenaran, bukan kemenangan.
Prasyarat Menuntut Ilmu
• Keimanan dan tauhid.
• Bagi peserta didik: memiliki niat yang suci untuk menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal yang bersifat duniawi dan jangan melecehkan atau menyepelekannya
• Bagi guru: meluruskan niatnya terlebih dahulu tidak semata-mata hanya mengharapkan materi, disamping itu hendaknya apa yang diajarkan sesuai dengan apa yang diperbuat.
Ciri pendidik yang berkualitas
Kamilat Ahliyyatuh_ Profesional
Tahaqqaqat Syafaqatuh_Penyayang
Zaharat Muru’atuh_Berwibawa
‘Urifat Iffatuh_Menjaga diri dari yang merendahkan martabat,
Isytaharat Shiyânatuh_Berkarya
Ahsan Ta’lìm_Pandai Mengajar
Ajwa Tafhîm_berwawasan luas
JALAN PENDIDIK
• Menempuh “jalan akhlak/kesufian”. Karena kesufian dianggap sebagai sarana tercepat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjaga stabilitas bathin atau hati agar selalu berpegang pada norma-norma Ilahi.
• Tidak boleh menjadikan ilmunya sebagai tangga mencapai kemewahan dunia.
• Kesadaran diri pendidik sebagai orang yang harus memberikan contoh (uswatun hasanah).
• Keharusan adanya semangat mengembangkan keilmuan,
JALAN PENCARI ILMU
• Terhadap dirinya: Penekanan utama pada kebersihan hati dan keikhlasan kepada Allah dalam menuntut ilmu serta semangat belajar.
• Terhadap gurunya: Sikap tawadhu (hormat dan tunduk) kepada guru, namun bukan berarti mutlak dan tanpa batas, melainkan sehubungan dengan kesalehan guru kepada Allah, ketulusan, kerendahan hati dan kecintaannya mengajar murid-muridnya.
• Terhadap pelajaran: Memperhatikan adab pencari ilmu, seperti dzikir (ingat Allah) ketika belajar, dengan harapan akan mendapat limpahan ilmu yang bermanfaat dan berkah.
AKHLAK PENCARI ILMU 1
• Harus mensucikan hatinya dari setiap sesuatu yang mempunyai unsur menipu, kotor, penuh rasa dendam, hasud, keyakinan yang tidak baik, dan budi pekerti yang tidak baik.
• Memperbaiki niat dalam mencari ilmu: mencari ridha Allah SWT, mengamalkannya,
– Menghidupkan syari’at,
– Menerangi hati, menghiasi batin dan mendekatkan diri kepada Allah.
– Tidak bertujuan untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, misalnya menjadi pimpinan, jabatan, harta benda, mengalahkan saingan, dihormati masyarakat dan sebagainya.
AKHLAK PENCARI ILMU 2
• Bersegera, tidak menunda-nunda belajar.
• Qana’ah, tidak banyak keinginan dan angan-angan.
• Bisa membagi waktu dan memanfaatkan waktu.
• Mempersedikit makan dan minum.
• Wira’i (menjaga diri dari perbuatan yang bisa merusak harga diri) serta berhati-hati dalam setiap keadaan, memperhatikan kehalalan makanannya.
• Berusaha untuk mengurangi tidur selama tidak menimbulkan bahaya pada tubuh dan akal pikirannya.
• Tidak tenggelam dalam pergaulan, apalagi bergaul dengan lawan jenis
PROSES BER-ILMU YANG KELIRU
(H.R. Tirmidzi and Ibn Majah)
Pada tahun 1937 beliau didatangi pimpinan pemerintah belanda dengan memberikan bintang mas dan perak tanda kehormatan tetapi beliau menolaknya. Kemudian pada malam harinya beliau memberikan nasehat kepada santri-santrinya tentang kejadian tersebut dan menganalogkan dengan kejadian yang dialami Nabi Muhammad SAW yang ketika itu kaum Jahiliyah menawarinya dengan tiga hal, yaitu: Kursi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan, Harta benda yang berlimpah-limpah, Gadis-gadis tercantik. Akan tetapi Nabi SAW menolaknya bahkan berkata:
“Demi Allah, jika mereka kuasa meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku dengan tujuan agar aku berhenti dalam berjuang, aku tidak akan mau menerimanya meski nyawa taruhannya”.
Jangan Jadikan perbedaan pendapat sebagai
sebab perpecahan dan permusuhan. Karena
yang demikian itu merupakan kejahatan
besar yang bisa meruntuhkan bangunan
masyarakat, dan menutup pintu kebaikan di
penjuru mana saja.
Dakwah dengan cara memusuhi
ibarat orang membangun kota,
tetapi merobohkan istananya
Bahwasanya Alqur’an dan Alhadist adalah pedoman
dan rujukan bagi muslimin, hal itu benar adanya.
Namun memahami Alquran dan Alhadist Tanpa
mempertimbangkan pendapat Para Ulama adalah
sulit, atau bahkan tidak bisa.
Agama Dan Nasionalisme Adalah Dua Kutub
Yang Tidak Berseberangan. Nasionalisme
Adalah Bagian Dari Agama Dan Keduanya
Saling Menguatkan.
“Sesungguhnya perpecahan, pertikaian, saling menghina dan fanatik madzhab adalah musibah yang nyata dan kerugian yang besar.”
"Sungguh kebenaran bisa lemah karena perselisihan dan
perpecahan. Sementara kebatilan kadang menjadi kuat sebab
persatuan dan kekompakan."
(Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyati Nahdlatil Ulama)
Tak ada satu pun di dunia ini yang kekal.
Maka, ukirlah cerita indah sebagai kenangan.
Karena dunia memang sebuah cerita.