Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

HALAL BI HALAL HATRED / KEBENCIAN KEBENCIAN

 HALAL BI HALAL

HATRED/KEBENCIAN

KEBENCIAN

• “A deep and extreme emotional dislike”. (tidak suka tapi dalam dan ekstrim)

• “A deep, enduring, intense emotion expressing animosity, anger, and hostility towards a person, group, or object." (ketidak sukaan yang mendalam tahan lama dan terus menurus, marah yang di pelihara, sehingga ia menjadi radikal, mendalam, kepada siapapun, baik untuk seseorang, kelompok atau objek tertentu, itulah kebencian. )

• An ego state that wishes to destroy the source of its unhappiness (Freud) (kondisi ego yang ingin menghancurkan segala yang membuat dia tidak bahagia)

Ketidak sukaan yang di pelihara, taruhannya jiwamu akan rusak



HAKIKAT KEBENCIAN

• Perspektif natural : watak dasar agresif yang bersifat adaptif bagi evolusi spesies (sifatnya instinktif). Setiap orang ingin aman ingin nyaman tidak terganggu maka ia akan agresif untuk mempertahankan kenyamanannya dengan menyingkirkan orang lain. Hidup itu pilihan dan salah satu naturalnya manusia adalah kebencian

• Perspektif Psikologi: Sejarah pribadi-individual (misalnya Abraham Maslow= Berbagai ketakutan dan keraguan kita berasal dari ketidakmatangan dan kebencian,   yang semua itu berakar dari berbagai kebutuhan akan keamanan yang tidak terpenuhi sehingga melahirkan orang dewasa yang neurotik) bencian biasanya hasil pengalaman, tromatik, ketakutan yang mebuat kita benci akan hal - hal itu

Kebutuhan manusia 1. Aktualisasi Diri 2.Harga Diri 3.Cinta dan Rasa 4.Memiliki 5.Keselamatan dan Keamanan 6. Kebutuhan Fisiologis

• Perspektif Sosial:   Hasil dari struktur, pengalaman dan pembelajaran sosial. (struktur yang membentuk kebencian walaupun kita tidak ada hubungan apapun dengan hal itu) orang lain atau lingkunganlah yang membentuk kebencian dan kesukaan kepada kita, agar kita mengikuti kebencian atau kesukaan itu.

IDEOLOGI KEBENCIAN

(NIZA YANAY, THE IDEOLOGY OF HATRED)

Sumber dari hampir semua konflik sosial hari ini: Kebencian. (Bandingkan dengan era-era sebelumnya: kemerdekaan, anti penjajahan, perebutan kekuasaan dan lain sebagainya) 

· Dua Jenis Kebencian: 

1. Hatred by the oppressed toward an oppressor (orang yang ditindas membenci yang menindas)

a) Logis dan masuk akal. 

2. Hatred by the oppressor toward the oppressed. (orang yang menindas membenci yang di tindas)

b) Diperlukan satu ideologi untuk mendukungnya (Ideologi yang menegaskan bahwa engkau dan kelompokmu adalah yang baik, bermoral dan adil, sementara “yang lain” itu berbahaya dan sesat) 

· Jalan keluar dari kebencian dan level ideologisnya: “Persahabatan”.

DASAR KEBENCIAN

The Devaluation of “the Victim” (kita menilai sangat rendah kepada yang di benci) kita menganggap dia bukan lagi manusia kepada orang yang kita benci.

The Ideology of the Hater (ideolgi kebencian) kebencian yang di tanamkan.


DAMPAKNYA: Reduce sympathy, lost of empathy (simpatinya hilang, bahkan empatinya hilang) 

(simpati = tidak pernah merasakan) 

(empati = pernah mengalami sendiri)


lihat video kajian tema kebencian 1

AUTOMATIC THOUGHTS (respon nalar yang otomatis)

SUMBER KEBENCIAN

Manusia sangat mungkin melakakukan kesalahan dalam berpikir, dan pemikiran itu hakikatnya “ penata persepsi, interpretasi dan laku”.

Kita menginterpretasi apa yang terjadi dalam diri kita berdasarkan kepercayaan dan pra konsepsi tertentu yang kita peroleh dari pengalaman kita sebelumnya.

PEMICU LAHIRNYA PERSEPSI KEBENCIAN

1. OVER-GENERALIZATION

Peristiwa/hal-hal particular dianggap mewakili semuanya.

2. READ THE THOUGHT

Menyangka bisa membaca pikiran orang lain, misalnya “pasti dia sedang menertawakanku”.

3. EMOTIONAL REASONING

· Menganggap tanggapan emosional itu merupakan gambaran dari kenyataan. Kebingungan kita, kita anggap merupakan gambaran dari situasi yang memang membingungkan. Padahal mungkin hanya kita yang bingung.

4. CUSTOMIZATION

· Menganggap satu variabel menjadi sebab lahirnya satu peristiwa, padahal sebenarnya variabel penyebabnya banyak.

5. MAXIMIZATION/MINIMIZATION

· Menganggap satu variabel sebagai sangat penting atau sangat tidak penting, tanpa peduli kenyataan yang sebenarnya.

6. CATASTROPHIC THINGKING

· Melihat satu peristiwa negative sebagai “kiamat” dan tidak melihatnya sesuai porsinya. Misalnya: seorang ibu yang panic saat merasakan benjolan di dadanya, lalu merasa kena kanker, lalu merasa akan mati.

LEGITIMASI KEBENCIAN & KEKERASAN 

(Beck & Pretzer, “A Cognitive Perspective on Hatred and Violence”  dalam R. Stenberg (ed) The Psychology of Hate)

1. EVENTS

His Wife Criticizes him

2. INTERPRETATION OF THEEVENTS

She thinks I’m a Nobody

3. FEELING OF STRESS

Hurt, Weak, Mistread

4. SECONDARY INTERPRETATION 

Feels like a victim

5. HOSTILITY

Angry and desire to punish her

6. GIVES HIMSELF PERMISSION 

 “She Deserve it”

7. ACTION 

He hits her

FENOMENOLOGI KEBENCIAN:

LOOK OF HATRED

· Para fenomenolog sebelum Sartre, seperti Heidegger dan Husserl: pribadi lain dan dunia bersama sebagai suatu kondisi yang sudah ada, dan tidak lagi perlu dipertanyakan.  


· Menurut Sartre: keberadaan manusia lain barulah berarti, ketika saya menyadari keberadaannya, yakni ketika pribadi lain tersebut menjadi tampak bagi saya, dan tidak sebelumnya.  


· Manusia lain selalu menyingkapkan dirinya sebagai “sesuatu yang menatap saya”.  


· Pengalaman ditatap oleh orang lain membuat saya sadar akan keberadaan subyektifitas orang lain. Di bawah tatapan orang lain, saya tidak lebih dari sebuah benda di dalam dunianya. Saya pun mengalami kematian subyektifitas.  

FENOMENOLOGI KEBENCIAN:

PERTEMPURAN SALING MENG-OBYEKKAN

· Hanya ada satu cara, supaya saya bisa memperoleh kembali subyektifitas dan kebebasan saya, yakni saya harus mereduksikan orang lain sebagai obyek di bawah tatapan saya.  


· Dengan cara ini, saya tidak lagi hanya menjadi obyek yang kehilangan kebebasan, tetapi saya juga mengakibatkan orang lain menjadi obyek sekaligus kehilangan kebebasannya.  


· Dengan demikian, hakekat dari relasi antar manusia sebenarnya adalah konflik, yakni konflik saling mengobyekkan. Cinta adalah sesuatu yang palsu, dan setiap kehendak untuk mencintai adalah kehendak untuk menguasai orang lain, yakni suatu kehendak untuk menguasai kebebasannya.

FENOMENOLOGI KEBENCIAN:

ABSURDNYA “KITA”

· Di dalam “kita”, ada pihak ketiga yang menatap saya. Tatapan pihak ketiga itu seolah-olah menguasai saya. Ketika pihak ketiga tidak ada, saya berkonflik dengan pihak kedua. Akan tetapi, setelah pihak ketiga datang, saya mengalami bahwa “kita” itu sedang berkonflik.  

· Argumen ini dapat menjelaskan beberapa fenomena faktual, seperti kesadaran kelas dan solidaritas yang terbangun di antara para pekerja yang tertekan oleh majikannya. 

· Saya adalah pihak pertama, majikan yang saya tentang adalah pihak kedua. Kami juga ditatap oleh pemerintah yang berkuasa. Di bawah tatapan penguasa, saya dan majikan saya seolah-olah melebur menentang pihak ketiga. Akan tetapi, peleburan itu sebenarnya semu belaka. Konflik dan tatapan kebencian tetap mewarnai relasi kami. Orang-orang Yahudi merasa bersatu, tetapi itu pun hanya karena adanya kebencian terhadap mereka.  

· Dalam konteks ini, jika cinta mempunyai makna, maka makna itu dapat digunakan sebagai dasar bagi suatu solidaritas, yakni “untuk mencintai berarti untuk membenci musuh yang sama.”

TEORI KEBENCIAN: DUPLEX THEORY OF HATRED

(R.J. STENBERG, THE PSYCHOLOGY OF HATE)

· Kebencian itu secara psikologis berhubungan dengan cinta 

· Kebencian itu bukan lawan dari cinta, atau tiadanya rasa cinta. 

· Sebagaimana cinta, kabencian itu berasal dari pengalaman personal yang selanjutnya membentuk emosi kita. 

· Kebencian, sebagaimana cinta juga, memiliki struktur segi-tiga yaitu KETIADAAN kedekatan (intimacy), perasaan (passion) dan komitmen (commitment). 

1. Hilangnya kedekatan (distancing/denial of intimacy): melahirkan keengganan, kemuakan. 

2. Hilangnya Passion: melahirkan ketakutan atau kemarahan. 

3. Hilangnya Komitmen: melahirkan devaluasi dan reduksi karakter „human‟ dari seseorang atau sekelompok orang.

HATE CRIME

Tindakan kekerasan/kejahatan terhadap orang, properti, atau organisasi karena kelompok mana mereka berasal atau BERDASARKAN identifikasi ASAL-USULNYA.

Dasarnya: Prasangka-yang diasumsikan/diyakini dan digunakan sebagai dasar tindakan.

TEORI HATE CRIME

STRAIN THEORY

1. Kebencian dan perilaku menyimpang berasal dari ‘disekuilibrum’ (kesenjangan) yang terkonstruksi secara kultural. Banyak masyarakat tidak dapat menggapai tujuan yang mereka  inginkan. Akhirnya mereka mengalami strain yang berujung kepada tindakan menyimpang, termasuk kekerasan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.  


2. Alur strain: Adanya orang yang diidentifikasi membatasi/mengancam seseorang untuk mendapatkan tujuannya/posisinya, lahirlah rasa takut, marah dan ‘tidak aman’,  lalu mereka merepresentasikan ketakutan, kemaran dan rasa tidak aman itu dengan jalan kekerasan.  


3. Misalnya: kasus kekerasan yang ditujukan kepada BME atau black minority ethnic groups. Sebagai kelompok minoritas yang baru, mereka sering dianggap sebagai orang asing bagi kelompok dominan. Kelompok dominan ini diam-diam takut dan merasa terancam bahwa kelompok pendatang akan membuat situasi sosio-ekonomi yang tidak stabil dan merusak tujuan yang telah mereka miliki. Akhirnya, kelompok minoritas selalu menjadi kambing hitam. Mereka disalahkan atas segala permasalahan sosial, seperti pengangguran, rumah dan pekerjaan dan lain sebagainya.  


4. Dapat disimpulkan bahwa sebanarnya rasa benci itu tidak ditujukan kepada identitas minoritas mereka namun kepada rasa takut dan  tidak aman tersebut.  


TEORI HATE CRIME

DOING – DIFFERENCE THEORY

1. ‘Hate-crime’ lebih dapat dimengerti sebagai bentuk ekstrim dari diskriminasi yang berasal dari keterpisahan budaya, terhadap orang-orang yang dianggap ‘berbeda’. 


2. Perbedaan dalam dunia sosial sering digunakan untuk mengkonstruksi hierarki sosial yang menyangkut gender, ras, dan kelas.  


3. Konsep dari ‘perbedaan’ tersebut berasal dari orang-orang yang ‘merasa berasal’ dari kelompok yang anggotanya memiliki karakteristik yang mirip dengan satu sama lain. Persamaan ini yang membuat mereka menjadi satu dalam identitas budaya dan kultural, menciptakan sebuah konsep ‘ingroup’.  


4. Siapapun yang tidak sesuai dengan konstruksi masyarakat ‘ingroup’ dianggap sebagai sesuatu yang ‘berbeda’,  dan mereka yang berbeda dianggap sebagai sesuatu yang dijauhi dan ditakuti. Rasa takut ini didasari oleh asumsi bahwa orang yang berbeda tersebut akan memasuki dan merusak identitas ‘ingroup’.  


PIRAMIDA KEBENCIAN 

GENOCIDE 

VIOLENCE 

DISCRIMINATION 

ACT OF PREJUDICE: Name Calling, 

Ridicule, Social Avoidance, Telling Belittling

Jokes, Social Exclusion 

 

PREJUDICED ATTITUDE: Accepting Stereotypes, not 

Challenging Belittling Jokes, Scapegoating (assigning blame to

people because of their group identity) 


MEDIA SOSIAL DAN KEBENCIAN

· TEORI „GROUNDSWELL„: sebuah trend sosial dimana orang untuk mendapatkan kebutuhannya, lebih memilih dari orang lain ketimbang dari produsen. Ia mencari informasi apapun melalui teman atau komunitasnya. Sehingga secara tidak sadar, manusia akan terus cenderung berada dalam kelompok kelompoknya dan cenderung mencari informasi yang sesuai dengan pandangan mereka. Media sosial menyediakan kemungkinan itu dengan adanya fitur fitur untuk mengikuti orang-orang yang disukai sekaligus membuang mereka yang berbeda pandangan. Lama-kelamaan, seseorang semakin terisolasi dalam kelompok masing-masing di dunia maya sehingga memunculkan pandangan yang semakin ekstrem. 


· Peter Dahlgren (2009) dalam Media and Political Engagement menyebut polarisasi itu adalah “cyberghettos” atau bermakna perkampungan terisolasi dalam dunia maya. Anatoliy Grudz dan Jeffrey Roy (2014) dalam Investigating Political Polarization on Twitter menggunakan istilah “Echo Chamber“ (ruang gema ), karena internet menciptakan ruang gema yang berputar di situ situ saja mengelilingi sebuah kelompok pengguna. 


· Dalam bukunya Filter Bubble ( 2011 ), Eli Pariser menulis tentang bagaimana mesin pencari dan jejaring sosial menyaring perbedaan pendapat dan akhirnya hanya memunculkan dalam gelembung filter yang diinginkan penggunanya. Dari penelusuran acak terhadap kicauan antar netizen tampak ada kecenderungan akun yang berkomentar positif terhadap pemerintah terhubung dengan akun akun dengan berkarakter sama. Sementara akun yang kontra pemerintah lebih banyak terhubung dengan akun yang juga sering menyuarakan opini yang sama.

Lihat video kajian kebencian bagian 2

AYAT AYAT

1. Al Maidah: 8 

2. Al-Hujurat: 12

3. Al-Qasas: 55

KATA KATA BIJAK


Love and hatred are not blind, but are blinded by the fire they bear within themselves.

– Friedrich Nietzsche-


We have art to save ourselves from the truth

– Friedrich Nietzsche-


Hatred paralyzes

Life; love re leases

It. Hatred confuses

Life; love harmonizes

It. Hatred darkens

Life; love illuminates

It.

-Martin Luther King-


Overcome hatred by love, lie with truth and violence with patience

-Mahatma Gandhi-