Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Syahadat pondasi shalat

materi kajian rutin jumat

Syahadat pondasi shalat



1. Syahadat bukan hanya ikrar tapi kesaksian

2. Kesadaran hadir setelah mengalami

3. Biasanya praktik sasahidan ini akanberujung pada bercampurnya rasa hati dan hilangnya segenap perasaan.

Shalat syariat (sembah raga)

1. Bukti ketundukan kepada tuhan

2. Dilakukan berdasarkan gerak ragawi

3. Syariat : kesucian ragawi dengan air

4. Manifestasi : penghambaan, ketundukan, kepatuhan, kebersamaan, harmoni diri dan sesama

Mode syariat : keragaman

Shalat 5 kali sehari, puji dan dikir itu adalah kebijaksanaan dalam hati menurut kehendak pribadi, benar atau salah pribadi sendiri yang akan menerima dengan segala keberanian yang di miliki

Syekh Siti Jenar menuturkan bahwa sebenarnya shalat sehari-hari itu hanyalah bentuk tata krama dan bukan merupakan shalat yang sesungguhnya, yakni shalat sebagai wahana memasrahkan diri secara total kepada Allah dalam kemanunggalan. Oleh karenanya dalam tingkatan aplikatif, pelaksanaannya hanya merupakan kehendak (sesuai pemahaman) masing-masing pribadi. 

Demikian pula, masalah salah dan benarnya pelaksanaan shalat yang lima waktu dan ibadah sejenisnya, bukanlah esensi dari agama

Shalat tarek / tarekat (sembah cipta)

1. Cara bersucinya memerangi hawa nafsu

2. Manifestasinya : penghayatan makna shalat yang dikerjakan, bukan keabsolutan tatacara pelaksanaannya. Di awali dari shalat syari’at, dipahami artinya, dihayati maknanya lalu diwujudkan dalam kehidupan wahari-hari. Misalnya: sudahkah kandungan Al-Fatihah kita jalankan dalam kehidupan kita? Sudahkah hidup, shalat dan ibadah kita hanya demi Allah semata? Dan lain sebagainya. 

3. Hasilnya: Tahna ‘an al-Fakhsya’ wal Munkar


lihat video kajiannya syekh siti jenar

Shalat HAKEKAT/DA’IM (SEMBAH RASA)

1. Cara bersucinya dengan zuhud, melepaskan diri dari keinginan raga dan jiwa.  

2. Manifestasinya: kekhusyukan yang sejati dan terus menerus (da’im). 

3. Khussyuk dalam Bahasa Jawa: lerem, yaitu steril dari berbagai keinginan dan aktivitas duniawi serta kesibukan pikiran akan keduniaan. 

4. Daim: Orang yang memasuki Shalat ini tidak pernah putus kesadarannya akan Allah serta terus-menerus menjauhkan diri dari semua perbuatan yang menjauhkan dari Allah.

5. Hasilnya: ketenangan, keteguhan dan lenyapnya segala rasa was-was atau khawatir dalam kehidupan.

 KOMPARASI DENGAN AYAT 

• Dalam al-Qur’an, orang yang melaksanakan shalat namun tetap memiliki sifat riya’ dan enggan mewujudkan pesan kemanusiaan disebut mengalami celaka dan mendapatkan siksa neraka Wail. Sebab ia melupakan makna dan tujuan shalat (QS. Al-Ma’un/107;4-7).  

• Sedang dalam Qs.Al-Mukminun/23; 1-11 disebutkan bahwa orang yang mendapatkan keuntungan adalah orang yang shalatnya khusyu’. Dan shalat yang khusyu’ itu adalah shalat yang disertai oleh akhlak berikut : 

1) menghindarkan diri dari hal-hal yang sia-sia dan tidak berguna, juga tidak menyia-siakan waktu serta tempat dan setiap kesempatan; 

2) menunaikan zakat dan sejenisnya; 

3) menjaga kehormatan diri dari tindakan nista; 

4) menepati janji dan amanat serta sumpah; 

5) menjaga makna dan esensi shalat dalam kehidupannya. Mereka itulah yang disebutkan akan mewarisi tempat tinggal abadi; kemanunggalan.